Plung
Aku masih teringat beberapa tahun yang lalu, suara plung masih terdengar di telingaku ketika melakukan aktifitas rutinan menjelang matahri terbit di pekarangan belakang rumah. Namun, suara yang seringkali memberikanku kebebasan dalam berimajinasi itu kini telah menjadi kenangan belaka. Bangunan kecil yang memiliki fungsi luar biasa penting bagi tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh itu kini tinggal puing belaka. Dahulu, ketika negara ini masih diperintah oleh seorang tua yang menjadi ikon binangun nagari, suara plung itu merupakan wahana penyauan diri dengan alam sekitar, dimana suara burung dan daun yang bergesekan tertiup angin menjadi harmoni nada-nada kehidupan di sini. Dahulu, nuansa senja nan indah selalu kami nikmati bersama-sama, ya.., penuh kebersamaan, dimana anak-anak seusia kami bermain beramai-ramai di halaman rumah, sementara para ibu dan para ayah mengelompok dalam komunitas masing-masing membicarakan hal-hal sederhana dalam kesederhanaan gaya hidup...