Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Plung

Aku masih teringat beberapa tahun yang lalu, suara plung masih terdengar di telingaku ketika melakukan aktifitas rutinan menjelang matahri terbit di pekarangan belakang rumah. Namun, suara yang seringkali memberikanku kebebasan dalam berimajinasi itu kini telah menjadi kenangan belaka. Bangunan kecil yang memiliki fungsi luar biasa penting bagi tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh itu kini tinggal puing belaka. Dahulu, ketika negara ini masih diperintah oleh seorang tua yang menjadi ikon binangun nagari, suara plung itu merupakan wahana penyauan diri dengan alam sekitar, dimana suara burung dan daun yang bergesekan tertiup angin menjadi harmoni nada-nada kehidupan di sini. Dahulu, nuansa senja nan indah selalu kami nikmati bersama-sama, ya.., penuh kebersamaan, dimana anak-anak seusia kami bermain beramai-ramai di halaman rumah, sementara para ibu dan para ayah mengelompok dalam komunitas masing-masing membicarakan hal-hal sederhana dalam kesederhanaan gaya hidup

Janda

Namanya Janda, tapi ia sebenarnya masih bersuami, bahkan sudah beranak satu umur dua bulan tiga belas hari lebih lima jam. Konon nama lengkapnya adalah Hartati Janda Naila. Jadi, ia adalah janda dalam nama, tapi bersuami dan beranak dalam realita. Sejak kecil ia memang lebih suka dipanggil dengan Janda, bukan Tati, Nail, Nana ataupun Ela. Ia tipe perempuan yang menolak mentah-mentah feminisme sebagai sebuah pola pikir. Katanya, feminisme hanyalah karya manusia-manusia yang tak pernah mensyukuri nikmat tuhan, bahkan cenderung melawan takdir dan menuntut lebih banyak dari yang seharusnya ia dapatkan. Maka tak heran jika ia, meskipun memiliki pendidikan terakhir strata dua, lebih enjoy tinggal dirumah mendidik putra tunggalnya yang masih berusia belia amat itu. Pendidikan anak baginya bukan hanya di sekolah, sebab sekolah hanyalah penghinaan bagi perempuan yang tidak mampu mendidik anaknya dengan baik, hanya bagi perempuan yang tidak mampu baca tulis dan menghitung sehingga untuk ma

Jan(-)Wari

Jan , tersangka kasus pengeboman diskotik EE (enak enak) pada malam tahun baru Usia 25 tahun Kebangsaan Perancis (menurut pengakuannya, tetapi di KTP tertulis ia adalah penduduk pesisir pantai selatan jawa bagian tengah) Pekerjaan karyawan swasta (masih menurut pengakuannya, namun setelah diselidiki lebih lanjut ke tempat ia bekerja, ternyata ia sudah di PHK dua bulan sebelum peristiwa) Pendidikan terakhir tidak diketahui, kemungkinan SMA atau MAN, sebab ia fasih dengan sedikit bahasa arab. Tapi juga mungkin STM, sebab ia mahir menggunakan gear motor untuk senjata (gear motor adalah senjata khas siswa STM ketika tawuran massal, dan belakangan, diadopsi oleh preman-preman. Bahkan tawuran massal juga diadopsi oleh beberapa fakultas di beberapa perguruan tinggi). Tinggi badan: 170 cm Warna kulit: kuning dengan sedikit bercak merah pada pergelangan tangan Hoby: sepak takraw, catur Prestasi: juara catur tingkat kecamatan pada saat usia 15 tahun Kutipan: serang dulu sebelum diserang sebab pe