Jan(-)Wari

Jan, tersangka kasus pengeboman diskotik EE (enak enak) pada malam tahun baru
Usia 25 tahun
Kebangsaan Perancis (menurut pengakuannya, tetapi di KTP tertulis ia adalah penduduk pesisir pantai selatan jawa bagian tengah)
Pekerjaan karyawan swasta (masih menurut pengakuannya, namun setelah diselidiki lebih lanjut ke tempat ia bekerja, ternyata ia sudah di PHK dua bulan sebelum peristiwa)
Pendidikan terakhir tidak diketahui, kemungkinan SMA atau MAN, sebab ia fasih dengan sedikit bahasa arab. Tapi juga mungkin STM, sebab ia mahir menggunakan gear motor untuk senjata (gear motor adalah senjata khas siswa STM ketika tawuran massal, dan belakangan, diadopsi oleh preman-preman. Bahkan tawuran massal juga diadopsi oleh beberapa fakultas di beberapa perguruan tinggi).
Tinggi badan: 170 cm
Warna kulit: kuning dengan sedikit bercak merah pada pergelangan tangan
Hoby: sepak takraw, catur
Prestasi: juara catur tingkat kecamatan pada saat usia 15 tahun
Kutipan: serang dulu sebelum diserang sebab pertahanan sempurna adalah menyerang.
Buku: mati dalam tiga langkah.
Musik: slow rock
Tanggal 4 januari 2011 pukul 22:38 WIB tertangkap oleh petugas setelah menjalani buron selama kurang lebih emat hari setelah melakukan pengeboman terhadap diskotek EE yang menewaskan beberapa orang dan melukai beberapa pejabat yang baru saja turun dari mobil untuk masuk ke diskotik.
Saat di interogasi, ia mengaku nama aslinya adalah Jean, nama khas Perancis, aku tidak tahu apakah ia pernah membaca karya Jean Baudrillard lantas mengutip nama depannya atau ia terispirasi nama salah satu tokoh dalam karya Pramoedya yang masyhur itu, yang jelas dalam KTP tertulis namanya Jan. Dari wajah, aku tidak percaya jika ia adalah keturunan petualang Perancis yang gandrung mistik dan kemudian menetap di pantai selatan jawa sebagaimana pengakuannya. Ia lebih mirip dengan sosok mat gaper dalam post kota. Berikut rekaman interogasi dari pihak kepolisian.
Polisi (P) : Apa yang anda lakukan di malam tahun baru kemarin?
Jan (J) : Saya ingin membunuh binatang-binatang itu pak..
P: Dimana binatang yang akan anda bunuh itu?
J: Ya di diskotik itu pak. Bapak ini kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu saja
P: Loh, memangnya sekarang ada binatang yang ikut merayakan tahun baru di diskotik sambil triping, minum-minum, pegang sana pegang sini lalu check in?
J: Bapak ini jangan sok bego gitu dong..
P: Maksudnya apa? Anda menghina saya?
J: Lho, bapak ini benar-benar tidak tahu tho? Memangnya bapak lulus jadi polisi bayar berapa?
Duarrr...terdengar suara letusan pistol yang ditembakkan ke udara, sayangnya saat itu mereka berada dalam ruangan tertutup sehingga atap ruangan itu jadi korban kemarahan polisi penyidik.
P: Anda jangan macam-macam menuduh saya!!
J: Lha saya kan cuma tanya pak..
P: Sudah..!! siapa yang anda maksud dengan binatang dalam kata-kata anda tadi?
J: Ya orang-orang itu pak.. masa ada manusia tidak punya malu, buka-buka baju didepan laki-laki lain, lantas bergoyang-goyang dengan syur, pake disiram air segala biar bajunya yang sudah minim itu tambah terlihat seksi. Habis itu minum-minum kencing kuda, habis itu tidur bareng. Itukan bukan manusia pak. Orang-orang seperti itu harus dibasmi. Bapak lihat kan? Hama-hama disawah itu? Mereka menggasak tanaman kan cuma untuk makan, itu saja sudah layak untuk dibasmi, apalagi yang ini..
P: Memangnya mereka itu bisa disamakan dengan hama?
J: Ya sama saja tho pak, kan mereka juga merusak masyarakat.
P: Siapa bilang mereka merusak masyarakat, sekarang ini banyak pejabat yang mikirnya jadi lancar setelah semalam mereka ajeb-ajeb, itu kan membantu masyarakat namanya. Justru seharusnya anda mendukung mereka, supaya negara ini tambah sejahtera
J: Tapi pada malam itu tidak ada pejabatnya pak,..
P: Ya sama saja, sudah sekarang.... (rekaman tidak terdengar denga jelas)


Wari (salah satu korban, ia menderita luka bakar dibagian pantat, nama lengkapnya Swari Pradana, sama dengan nama tokoh dalam novel stensilan yang pernah kubaca sewaktu SMA dulu)
Jenis kelamin : wanita
Umur 21 tahun
Pekerjaan: tidak ada data resmi namun setiap malam ia menari telanjang di diskotik EE, menurutnya, itu bukanlah pekerjaan, tapi sekedar hobi, hobi menari dan pameran tubuh katanya
Tinggi badan: 169 cm
Warna kulit: kuning langsat
Rambut: hitam lurus sebahu, bagian atas sedikit diberi warna pirang
Zodiak: Aries
Ukuran BH: 36 D
Ukuran celana: 28
Pendidikan mahasiswi S1 jurusan marketing
Kutipan: selama mata boleh memandang, maka tubuh juga boleh dipamerkan
Buku: jangan main-main dengan kelaminmu
Film: maria ozawa, takako kitahara, misa shinozaki, katya santos, diana zubiri
Musik: apa saja yang penting enak
Wartawan (W): Apa saja yang anda lakukan malam itu?
Swari Pradana (SP): Ya seperti biasa mas, saya pentas
W: Maksudnya?
SP: Ya menari mas..itu kan hobi saya gitu, saya merasa sangat tertekan jika dalam dua malam tidak menari pak (kadang ia memanggil pak kadang juga mas, tergantung mood)
W: Apakah benar anda ini penari telanjang?
SP: Hmmm (diam sejenak).. sebenarnya antara menari dan telanjang itu dua hal yang sangat berbeda mas. Meskipun sama-sama seni rupa, tapi keduanya berasal dari filosofi yang berbeda. Tapi baiklah, saya akan sedikit memberi penjelasan, menari adalah ungkapan rasa yang disalurkan melalui gerak tubuh. Ada banyak rasa yang bsa kita salurkan dalam tarian. Bahkan di negara kita, ada semacam tarian perang, tarian untuk menyambut tamu dan lain sebagainya. Intinya, dalam tari kita menungkapkan perasaan kita. Makanya, ketika seorang penari menghayati apa yang ia bawakan, tak jarang penonton yang ikut terbawa perasaannya.
Sementara telanjang, adalah suatu bentuk penghayatan akan diri kita. Penghayatan akan jati diri kita yang dilakukan dengan penyelaman ke dalam jiwa. Dengan telanjang, kita melemparkan segala atribut yang selama ini menutupi tubuh dan diri kita, ya pangkat, ya derajat, atau jabatan yang selama ini menipu dan membutakan mata kita. Dengan telanjang, segala kepalsuan akan terungkap dengan jelas pak. Lepas dari hidup yang penuh dengan kepalsuan, nafsu, angkara dan lain sebagainya. Jadi yang saya lakukan adalah simbolisasi pembebasan jiwa dari segala hal yang berbau kepalsuan dan kefanaan. Jadi, sekali lagi, antara tarian dan telanjang adalah entitas yang berbeda. Dua-duanya merupakan hak asasi bagi manusia yang sudah merdeka katanya.
W: Anda menjadi korban pengeboman, apakah anda tidak dendam? Atau bagaimana langkah anda berikutnya?
SP: Bagi orang yang sudah mampu menelanjangi dirinya didepan umum, tidak ada kata dendam. Dendam muncul tatkala dirikita tertutup oleh kepalsuan akan harga diri. Dendam hanya akan membawa bencana.
W: Sebagai seorang penari dan seorang yang suka bertelanjang, apakah anda juga meyakini akan keberadaan tuhan?
SP: Justru saya telanjang sebab saya ingin menghilangkan sekat dan tabir kepalsuan yang menghalangi pertemuan saya dengan tuhan. Bagi saya, tuhan memang memiliki banyak wajah dihadapan hambanya. Tapi wajah yang paling menonjol dari tuhan adalah sifat kasih sayangnya. Dan itu sudah cukup menjadi alasan bagi saya untuk tidak memiliki dendam bahkan kepada orang yang memiliki kebencian terhadap saya.
W: Apakah anda berprofesi seperti ini, ee maksud saya menyalurkan hobi seperti ini adalah untuk memancing kebencian kaum beragama?
SP: Sama sekali tidak pak. Saya tidak ingin membenci pun juga tidak ingin dibenci. Apatah nanti tindakan saya menimbulkan kebencian bagi pihak lain, itu menjadi hal yang lain

Janu (pacar wari, nama lengkapnya adalah Januardo Albert (JA), asli jawa. Januardo sendiri adalah kependekan dari Januari Ngarepne Bodo/januari menjelang hari raya. Sementara Albert adalah kependekan dari Alangkah Berbahagianya Hati ini. Jadi secara umum, arti dari nama itu adalah kelahiran seorang bayi dalam bulan Januari menjelang hari raya telah membuat hati keluarganya menjadi bahagia)
Laki-laki
Umur: 24 tahun
Pekerjaan: penulis lepas (masih kuliah)
Tinggi badan 165 cm (ia lebih pendek dari wari, memang suah menjadi selera cowok ini jika memiliki cewek yang lebih tinggi darinya)
Warna kulit: sawo matang
Rambut: hitam dengan potongan cepak khas tentara, konon, leluhurnya adalah pejuang kemerdekaan
Zodiak: libra
Pendidikan mahasiswa S1 jurusan marketing (satu kelas dengan wari)
Kutipan: asalkan masih bisa menulis, maka matipun aku rela
Buku: 13 cara menulis fiksi dan non fiksi
Film: inkheart
Musik: mozart, rap, reggae
W: Anda tahu apa yang terjadi dengan pacar anda pada malam tahun baru kemarin?
JA: Ya
W: Anda tidak bersamanya?
JA: Tidak
W: Lho bukankah anda adalah pacarnya?
JA: Ya
W: Tapi anda tidak bersamanya saat menjelang pergantian tahun?
JA: Tidak
W: Mengapa?
JA: Mengapa? Saya tidak pernah mau mencari tahu mengapa hal itu
W: Maksudnya anda cuek saja ketika pacar anda keluar malam sendiri di saat-saat istimewa?
JA: Tidak ada yang istimewa dalam hidup saya
W: Apakah tahun baru juga bukan momen istimewa bagi anda?
JA: Sama sekali
W: Mengapa?
JA: Saya sudah tidak punya nafsu untuk mencari jawaban mengapa.
W: Apa saja yang anda lakukan akhir-akhir ini
JA: Biasa, menulis, membaca
W: Dating?
JA: Tidak pernah, maksudnya tidak ada rencana dan waktu khusus untuk itu
W: Kapan anda terakhir bertemu dengan pacar anda
JA: Sebelum ia pentas
W: Apa kesan anda waktu itu
JA: Tidak ada yang aneh, semua berjalan biasa-biasa saja


Ari (A) teman Wari dan Janu, tidak sempat menanyakan nama lengkapnya.
Laki-laki
Umur: 26 tahun
Pekerjaan: wiraswasta, memiliki lima buah gerobak bakso yang dioperatori 10 karyawan, 2 buah gerobak gorengan dengan 2 karyawan, sebuah toko buku online yang ia kedalikan sendiri dan berencana membuka distro di jalan protokol.
Tinggi badan: 171 cm (pernah ikut tes polisi tapi tidak diterima karena sifatnya yang liar sebagaimana umumnya watak pengusaha, memiliki skor TPA 600, TOEFL 500 dan TOAFL 450)
Warna kulit: sawo matang
Rambut: hitam panjang, konon katanya, ia membiarkan rambutnya panjang sebagai pelampiasan tidak diterima sebagai polisi. Tampangnya memang mirip preman, maka tak heran jika ia masih jomblo, sebab banyak cewek menganggapnya sebagai pengangguran dan sampah masyarakat. Padahal, penghasilannya dua hingga tiga kali lipat gaji PNS tahun pertama lulusan S1
Zodiak: Leo
Pendidikan: mahasiswa S1 jurusan marketing (satu kelas dengan Wari dan Janu tapi tidak lulus akibat tertangkap basah memasukkan garam ke dalam blok mesin sepeda motor seorang dosen)
Kutipan: asalkan bisa kaya, aku rela tidak sarjana
Buku: jurus menjadi pengusaha, kaya tanpa sekolah
Film: kungfu panda, avatar, dragon ball, dan semua film kartun
Musik: dangdut koplo, gamelan

W: Sudah berapa lama anda kenal Wari dan Janu
A: Ya semenjak masuk kuliah
W: Sepertinya Janu tidak begitu peduli dengan keadaan Wari
A: Itukan sepertinya.
W: Tapi kami menangkap kesan itu saat menemui Janu
A: Anda mungkin bisa menangkap kesan seperti itu, tapi saya sebagai sahabat, tidak memiliki kesan yang sama dengan anda
W: Kesan anda
A: Janu orangnya memang seperti itu, ia menyukai kesunyian dan kedalaman. Hal mana tidak pernah bsa didapatkan dalam hingar bingar keramaian
W: Suatu pribadi yang kontras dengan Wari?
A: Sama sekali tidak. Apa yang disebut oleh Wari dengan menyalurkan hobi, yaitu menari dan telanjang, adalah merupakan bentuk yang sama dengan yang dilakukan oleh Janu, yaitu menyelami kesunyian
W: Tapi Wari pentas dalam keramaian
A: Sebab mereka memiliki metode yang berbeda dalam menyelami kesunyian. Janu menghayati kedalaman dalam kesunyian, dan ia terjun dalam kesunyian itu secara langsung. Sementara Wari membalik logika itu, ia menghayati kesunyian dengan memahami dan terjun dalam keramaian. Bukankah wanita itu mencintai laki-laki sebab keberbedaaannya, nah itulah yang terjadi antara Janu dan Wari.
W: Setiap kali bertemu dengan mereka, apa yang kalian perbincangkan
A: Banyak hal, mulai dari yang remeh temeh hingga tema-tema berat yang terkadang tidak ternalar dengan logika
W: Maksudnya
A: Logika bagi kami adalah hal yang relatif. Masing-masing kebudayaan memiliki logika sendiri-sendiri. Ketika kita berbicara tentang suatu permasalahan dengan pendekatan logika jawa misalnya, maka hal itu tentu tidak masuk logika barat, demikian sebaliknya.
W: Tujuannya
A: Hanya sebatas mencari kesadaran akan keberbedaan sekaligus menghayati dan menikmati keberbedaan sebagai suatu karunia yang indah.
W: Apakah demikian juga sikap anda bertiga dengan peristiwa pengeboman yang meyebabkan Wari menjadi korban
A: Persis, kami menyadari bahwa perbedaan itu sudah ada semenjak awal mula pola berfikir. Dan itu bagi kami tidak bisa disatukan sama sekali hingga kapanpun. Jadi usaha yang bisa kita lakukan adalah dengan menghayati keberbedaaan tersebut meskipun pada akhirnya kita akan menjadi korban dari orang yang berbeda dengan kita. Dan itu tidak boleh menjdi sebuah dendam, sebab jika ada dendam di hati, berarti bangunan pemahaman kita akan keberbedaan akan runtuh. Dan untuk membangun kembali, rasanya lebih sulit daripada sebelumnya.

Jalan Kopi, Senin, 10 Januari 2011 15:06

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Dinding yang Berdetak

Dhoroba Zaidun ‘Amron*

Atheis