Otak

Tempat pembuangan akhir di kota ini nampak semakin penuh dan bau. Beberapa bulan belakangan ini, muncul jenis sampah baru yaitu otak. Orang-orang di kota ini merasa otak sangat memberatkan kepala mereka sehingga mereka membuangnya di tempat sampah. Pada awalnya banyak pemulung yang mengambilnya untuk dijual kembali dengan harga yang memadai, namun akhirnya mereka enggan memulung sebab otak sudah tidak laku lagi, bahkan beberapa pemulungpun saat ini sudah membuang otaknya sendiri karena merasa capek harus memanggulnya ke mana-mana.

Jika kau seorang yang efisien dan hemat tenaga, maka buanglah otakmu itu dan biarkan kepalamu kosong. Dengan begitu kau akan merasa dunia ini serasa lebih indah daripada biasanya.

Konon dahulu kala, otak adalah hal yang paling berharga bagi manusia di kota ini. Mereka tak enggan mengupas batok kepalanya untuk memamerkan otaknya yang selalu berputar itu. Semakin cepat berputar, maka semakin tinggi nilai otak itu, dan pemiliknya tentu saja akan semakin bangga. Namun hal itu tidak berjalan lama, sebab belakangan otak justru semakin membuat manusia di kota ini merasa terbatasi. Segala sesuatu bila sudah digarap oleh otak akan menjadi semakin ruwet dan rumit. Itulah sebabnya kini mereka merasa otak adalah barang yang paling menjemukan melebihi sampah dan kotoran.

Sebenarnya menurut sebuah sumber yang terpercaya, orang yang pertama kali membuang otak mereka beberapa orang yang duduk di kursi senat. Mereka merasa otak sangat mengganggu aktifitas kerja mereka. Dapat kau bayangkan, untuk merumuskan beberapa kebijakan terkait kemajuan kota ini mereka harus memutar otak terlebih dahulu, bukankah itu tidak efisien? Membuang-buang waktu dan tenaga. Oleh karena itu mereka membuangnya. Namun demikian mereka tidak berani memperlihatkan hal ini di depan umum. Sebab mereka masih menjunjung tinggi tradisi yang mengunggul-unggulkan otak. Beberapa cerdik pandai yang selalu mengamati kebijakan publik memang sempat terheran-heran melihat betapa mereka mampu menciptakan kebijakan dalam waktu yang singkat. Setelah melewati beberapa penyelidikan ternyata hal itu ditunjang oleh efisiensi yang muncul akibat anggota senat membuang otak mereka.

Dan sejarahpun terus berjalan sehingga muncul sebuah aturan tak tertulis bahwa siapa saja yang terpilih sebagai anggota senat dalam suatu masa, maka ia harus membuang otak mereka supaya lebih cepat dalam merumuskan sebuah kebijakan. Lambat laun, aturan tidak tertulis ini diketahui oleh masyarakat sehingga merekapun mengikutinya. Mula-mula mereka masih khawatir, tetapi setelah merasakan bahwa membuang otak itu meringankan beban kepala, maka dalam waktu singkatpun orang berbondong-bondong membuang otak mereka. Itulah sebabnya tempat pembuangan akhir ini semakin sesak dengan sampah baru berupa otak.

Tumpukan otak masih terus bertambah, namun demikian, ternyata muncul sejenis sampah baru lagi yang agak aneh. Bentuknya juga aneh, warnanya merah hati. Dan ternyata sampah ini memang hati. Para pemulung bertanya-tanya, mengapa hati juga harus dibuang? Tapi mereka tidak mendapat jawaban sebab mereka sudah tidak memiliki otak sehingga pertanyaan tersebut masih saja mengendap hingga beberapa bulan kemudian.

Sampah model baru ini juga berawal dari milik anggota senat. Meskipun mereka sudah tidak memiliki otak, namun seringkali dada mereka sesak bila melihat ketidakadilan yang merajalela di mana-mana. Rasa sesak ini lama-kelamaan menjadi beban sehingga mengganggu aktifitas mereka dalam merumuskan kebijkana publik. Atas dasar azas efisiensi dan efektifitas maka hati mulai dibuang. Mula-mula banyak yang ragu sebab di dalam hati bukan hanya ada sesak saja tetapi banyak rasa lain yang bisa dirasakan dengan hati. Akan tetapi entah mengapa tetap saja banyak orang yang ikut-ikutan membuang hati mereka. Dan lagi-lagi masyarakat ikut serta. Membuang hati dan otak telah menjadi trend gaya hidup yang sedang booming. Jika kau tak ingin dikatakan kuper maka buanglah hati dan otakmu di tempat sampah.

Suatu ketika dalam sebuah sidang majelis senat, mereka mencoba merumuskan sebuah kebijakan untuk membuat warga kota ini menjadi senang dan tidak perah berduka sama sekali. Akhirnya disepakatilah untuk mengimpor nafsu dan syahwat secara besar-besaran. “Menurut saya, kita harus impor nafsu dan syahwat dari Amerika, sebab di sanalah pusat pengembangan nafsu dan syahwat yang paling terkemuka”, kata seorang anggota senat yang berasal dari militer. “Saya tidak setuju, sebab amerika itu hanya bisa meniru, semua yang ada di Amerika hanyalah turunan dan tiruan, oleh sebab itu maka kita harus merunut ke asalnya di Eropa. Jadi usul saya, kita sebaiknya mengimpor dari eropa”, teriak seorang anggota dewan yang pernah terkena skandal dengan seorang artis muda. “Saudara ketua, saya tidak setuju, permasalahan yang kita hadapai bukan hanya sebatas asli atau tidak asli, tetapi kita juga harus mempertimbangkan anggaran yang tersedia untuk program ini. Saya mendapat keterangan dari beberapa rekan di China, katanya di sana nafsu dan syahwat dijual murah, sebab meskipun di sana juga digemari, namun pemerintah China sangat ketat. Mereka nampaknya masih mengikuti pola-pola komunis dalam mengendalikan masyarakat. Jadi meskipun banyak nafsu dan syahwat di sana, tetapi pelampiasannya diawasi sehingga banyak yang menjual nafsu dan syahwat merreka murah-murah”, seorang anggota dewan yang masih muda mengutarakan pendapatnya. Dia adalah salah satu anggota tim studi banding ke China beberapa waktu yang lalu di saat kota ini sedang dilanda prahara banjir bandang dan puting beliung. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara yang lantang meskipun tidak memakai pengeras suara. Seorang anggota senat yang duduk di bangku paling belakang itu naik ke atas meja sidang sambil berteriak lantang dan sedikit berwibawa “Saudara-saudara, sebaiknya polemik ini dihentikan saja, sebab perdebatan yang terjadi tidak pernah melihat masalah sesuai dalam kadarnya. Kalau dikatakan pusat pengembangan nafsu dan syahwat itu di Amerika itu salah besar. Kalau dibilang asal muasal nafsu dan syahwat itu di Eropa, itu salah kaprah, dan kalau dibilang yang paling murah adalah di China, itu salah tangkap. Di sinipun kita memiliki pusat pengembangan nafsu dan syahwat yang terkemuka, asli bukan turunan dan murah meriah. Anda lihat anjing, babi, kera dan binatang-binatang lain? Itu adalah pusat dari segala nafsu dan syahwat. Mereka bebas melampiaskannya di mana saja dan kapanpun juga. Pun tanpa perlu biaya. Oleh sebab itu, marilah kita ambil nafsu dan syahwat dari para binatang itu itu untuk kita pakai dan nikmati. Ini juga sekaligus sebagai solusi atas menumpuknya hati dan otak di tempat penampungan akhir sampah. Otak dan hati itu akan kita cangkokkan kepada para hewan. Sedangkan nafsu dan syahwat akan kita pakai sebagai pengisi kepala dan dada kita yang kosong ini. Bukankah sekali tepuk dua lalat binasa?”. Dan sidangpun diakhiri dengan keputusan bulat.

Mulai saat itu, penduduk kota tidak pernah bersedih hati, sebab mereka tidak memiliki hati. Tidak perlu pusing kepala sebab mereka tidak punya otak. Yang ada adalah kegembiraan yang tiada akhirnya. Namun kini binatang menangis dan juga pusing kepala sebab kini mereka memiliki hati dan juga otak.

Jalan Kopi, 26 November 2010. 00:07

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Dinding yang Berdetak

Dhoroba Zaidun ‘Amron*

Atheis