Keselarasan antara lahir dan bathin sebagai pembuka kekosongan
Pada awalnya, ketertarikan saya untuk menonton film Hero adalah dipakainya Jet Lee sebagai bintang dalam film ini. Namun setelah melihat kisah dan perjalanan sang hero, saya sama sekali tidak bisa menikmatinya. Ada sih pertarungan yang cukup menarik sebagaimana dalam film-film laga lainnya, dan jujur, itu adalah salah satu faktor penarik dari saya dan generasi saya yang memang sejak kecil tumbuh pada zaman berkembangnya action dalam karya sastra dan film (tengok saja wiro sableng, kho ping hoo, gobang, barry prima, suzanna dkk). Bagi saya saat itu (2008-an), Hero hanya merupakan gabungan gambar menarik namun tidak saling terkait satu sama lain. Itu sebabnya saya tidak tertarik untuk menonton Hero II, meskipun ada Jet Lee di sana. Namun baru kemarin saya mendapat suatu gambaran besar dari film ini. Artikel Nirwan Ahmad Arsuka (2003) tentang film ini membuat saya tersentak kaget. Film ini hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar paham akan sejarah China yang dijadikan latar dalam...