Studi “banding-banding”

Pagi ini adalah pagi yang tak pernah terlupakan sepanjang hidup dan mati bagi Dr wagiyo, SH, SE, S.Pd, M.A, M.Buz, Ph.D. Bagaimana tidak, setelah berjuang setengah mati hingga mati-matian menggeluti buku-buku dalam dunia akdemik, tibalah saatnya untuk mereguk puncak pendakian seorang akademisi, yaitu guru besar. Sebentar lagi hanya dalam hitungan jam, ia akan mendapat embel-embel baru di depan namanya yang sudah penuh dengan embel-embel itu. Orang-orang tidak akan memanggilnya “dok” lagi, sebab mereka sudah harus mulai membiasakan lidahnya dengan fasih melafalkan kata “prof”. Selama ini, ia merasa berada dalam situsi yang serba salah bagai memakan buah simalakama. Sebab dengan dipanggil “dok”, ada dua kemungkinan yang masuk dalam perhitungannya, yaitu dog bermakna anjing, yang artinya orang tersebut menghina dengan memaki-maki dirinya sebagai anjing yang suka menjilat-jilatkan lidah itu meskipun ia sendiri suka menjilat-jilatkan lidah bila berada pada dua posisi. Posisi pertama adalah ketika di hadapan pejabat yang suka marah-marah karena tekanan darahnya tinggi yang timbul akibat terlalu banyak memakan lemak yang dibiayai dengan uang rakyat. Dan posisi kedua adalah ketika berada di kamar bersama istrinya pada malam-malam hari. Dari kedua posisi ini, ia cenderung menyukai yang kedua, bahkan selalu berusaha untuk menciptakan kondisi yang menunjang terjadinya posisi kedua.
Kemungkinan kedua dari panggilan “dok” yang masuk dalam perhitungan Wagiyo adalah karena ia memang seorang Doktor. Gelar ini ia sabet beberapa tahun yang lalu setelah mendapatkan beasiswa dari mahasiswanya yang kaya-kaya dan cerdas-cerdas. Kaya karena meraka memang anak orang kaya, sehingga begitu lahir dari rahim ibupun mereka sudah jadi orang kaya. Cerdas karena mereka memiliki inisiatif yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu membiayai S3 bagi dosennya. Konon setelah berangkat menempuh S3, beberapa mahasiswanya tersebut langsung lulus, sebab asisten yang menggantikan Wagiyo tidak berani menghalang-halangi keinginan mahasiswa tersebut untuk segera diwisuda.
Pagi ini, Wagiyo ditemani oleh istrinya yang tidak cantik tapi berlagak sok cantik dan kedua anak laki-lakinya yang tidak ganteng dan cerdas tetapi sok ganteng dan sok cerdas. Setelah sampai pada waktunya untuk membacakan orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya sebagai satu-satunya guru besar ilmu banding-banding di negeri ini, Wagiyo segera maju ke podium.
Segenap senat universitas yang saya hormati dan seterusnya dan sebagainya,
Segenap undangan yang saya cintai dan seterusnya dan sebagainya,
Selanjutnya sebagai pembuka orasi ilmiah saya ini, maka akan saya sampaikan sebuah penelitian yang akhirnya membawa saya sebagi satu-satunya penyandang guru besar dalam bidang studi banding-banding.
Terus terang, ilmu ini adalah ilmu baru tetapi sekaligus ilmu lama.
Saya katakan ilmu baru, sebab memang belum ada seorang ahlipun yang memiliki waskito untuk melihat fenomena ini secara ilmiah dengan menggunakan metodologi yang juga ilmiah. Selama beberapa tahun melakukan pengamatan, pengawasan, pengintipan dan sedikit praktek, akhirnya saya berhasil merumuskan suatu bidang ilmu baru yang bersandar pada beberapa cabang kelimuan yang sudah eksis selama ini. Ilmu-ilmu apakah itu? Akan saya jelaskan nanti setelah tiba waktunya.
Saya katakana ilmu ini adalah ilmu lama sebab memang pada prakteknya ilmu ini sudah menggejala semenjak lama, lama sekali mungkin mencapai hitungan puluhan hingga ratusan tahun, saya tidak memiliki angka pasti. Ilmu ini berasal dari para pelaku pemerintahan baik itu legislatif, yudikatif maupun eksekutif, namun porsi terbanyak adalah legislatif.
Kerangka teori yang saya bangun sebenarnya cukup sederhana saja karena memang hanya melihat fenomena yang menggejala dari praktik pemerintahan pamong praja kita. Setiap kali ada proyek baru dalam pembangunan infrastruktur misalnya, mereka selalu saja melakukan pembanding-bandingan ke mana-mana. Ada yang ke luar negeri, ada yang ke kutub utara, kutub selatan bahkan ada yang merencanakan banding-banding ke bulan, hanya sayangnya menurut data badan meteorology klimatologi pernujuman perdukunan dan geofisika, cuaca saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan banding-banding ke bulan. Selain itu, pesawat yang akan digunakan juga sedang tambal ban di sebelah warung dekat terminal. Dalam acara banding-banding ini, menurut laporan memang banyak sekali yang di banding-bandingkan, mulai bentuk infrastruktur, model permodalan, pengelolaan pasca penggunaan hingga masalah yang kecil-kecil seperti siapa saja yang akan menggunakan, laki-laki atau perempuan, kalau perempuan maka juga dibanding-bandingkan bentuk tubuhnya, seberapa besar potensi bentuk tubuh ini berdampak pada efisiensi dan efektifitas penggunaan infrastruktur yang dimaksud. Oleh sebab itu, maka ilmu banding-banding ini menggunakan dukungan dari banyak ilmu-ilmu dasar seperti:
Ilmu ekonomi, yaitu digunakan untuk menganalisis sumber pandanaan yang paling efektif untuk membiayai pelaksanaan banding-banding. Apakah perlu manipulasi anggaran atau cukup dengan meningkatkan pajak judi dan pelacuran saja. Atau yang sedang trend belakangan ini adalah dengan memotong gaji guru dan pegawai pemerintah. Hasil dan potongan itu lumayan besar hinggga dalam satu kali proyek banding-banding, panitia akan meraup keuntungan yang lumayan besar, minimal rumah mewah di real estate lengkap dengan mobil mewah dan istri simpanan yang masih muda belia.
Ilmu semiotika, sebab menurut Umberto Eco, semiotika adalah ilmu tipu-tipu. Ilmu ini sangat mendukung keamanan para peserta proyek banding-banding dari sorotan publik, LSM dan media. Dengan ilmu ini, mereka bisa menipu rakyat, guru, pegawai dan kacung-kacung yang gajinya dipotong tanpa mereka ketahui. Bahkan saat ini sedang dilakukan penelitian bagaimana ilmu ini juga bisa menipu para istri dan suami yang ditinggal di rumah sehingga mereka tidak mengetahui agenda lain dari proyek banding-banding ini.
Ilmu linguistik, digunakan untuk dapat bercakap-cakap dengan pihak tuan rumah program banding-banding. Ilmu bahasa yang digunakan juga dilengkapi dengan ilmu tata berbicara yang meyakinkan dan mantap, sehingga bila dilakukan oleh eksekutif, maka legislatif akan menyetujuinya, bahkan pada saat presentasi pemaparan program ini didepan legislatif atau sebaliknya, banyak audien yang mengangguk-angguk setuju hingga mengangguk-angguk ngantuk dan akhirnya tertidur saat sidang.
Ilmu matematika, sangat penting pada saat mengukur dimensi infrastruktur yang akan dibangun dan semua aspek yang dianggap berpengaruh. Aspek yang mungkin sangat butuh kedetilan adalah aspek membanding-bandingkan para pengguna infrastruktur terebut. Bahkan menurut sebuah pengamatan dan pengintipan saya, peserta proyek banding-banding melakukan pengukuran tersebut di dalam kamar hotel berbintang tujuh pada malam hari. Untuk menghasilkan data pengukuran yang akurat, maka objek yang malam ini diukur oleh peserta proyek banding-banding, akan diukur lagi oleh peserta yang lain pada malam berikutnya, sehingga pekerjaan banding-banding memang sangat melelahkan karena tiap malam harus mengukur objek-objek bergerak.
Ilmu hukum, digunakan untuk mempersiapkan payung hukum yang melindungi peserta proyek banding-banding dari jerat hukum yang mungkin terjadi di kemudian hari. Selain itu, digunakan pula ilmu keuangan untuk menutup celah-celah yang mungkin ada pada pihak yudikatif sebagai pemangku kepentingan wilayah hukum.
Hadirin yang berbahagia, dengan menggunakan berbagai ilmu dasar tadi, saya berhasil meramu sebuah ilmu banding-banding yang tak mungkin tertandingi. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila universitas ini membuka program pasca sarjana studi banding-banding, sebab dengan mengikuti studi ini, maka para praktisi banding-banding akan mampu keluar dari segala macam hal yang tidak mengenakkan seputar proyek banding-banding. Sekarang tidak akan ada lagi istri yang minta cerai setelah suaminya melakukan banding-banding. Tidak ada lagi LSM yang melakukan demonstrasi menolak banding-banding. Tidak ada lagi jaksa yang mau menuntut seseorang yang melakukan banding-banding, sebab semua resiko yang mungkin terjadi itu telah saya antisipasi dengan baik, menggunakan metodologi ilmiah yang ketat, dengan data yang valid dan reliabel. Dampak makro yang dihasilkan adalah stabilitas nasional yang terjamin, stabilitas keluarga yang terjaga dan akhirnya terciptalah negara yang baldatun thoyibatun wa robbun ghofur. Oleh sebab itulah, hari pengukuhan saya sebagai guru besar ini saya usulkan sebagai hari lahirnya ilmu banding-banding.
Wassalam.

Jalan Kopi, 23 Juli 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jam Dinding yang Berdetak

Dhoroba Zaidun ‘Amron*

Atheis