Mengembangkan Kekuatan Bahasa Pesantren

Bukan suatu yang asing bagi kalangan pesanten bahwa pelajaran tentang bahasa sangatlah mendominasi kajian-kajian di kelas-kelas. Hal ini dianggap sangat penting sebab ke depan, siswa didik dituntut untuk mampu menggali pengetahuan secara madiri dengan mempelajari teks-teks yang berbahasa arab. Umumnya, bahkan mungkin semua pesantren menggunakan buku-buku wajib yang berbahasa arab karangan ulama klasik dalam berbagai cabang keilmuan seperti hukum islam, sejarah, teologi, tafsir, hadits dan lain sebagainya. Selain itu, juga diajarkan sastra arab dengan suatu tujuan bahwa kelak, anak didik mampu merasakan keindahan yang terdapat dalam ayat-ayat al quran. Berdasar –minimal- kedua tujuan tersebut, maka porsi pelajaran kebahasaan sangat mendominasi kurikulum pesantren. 

Dari satu sisi, dominasi disiplin bahasa tersebut terkadang mengandung kelemahan, sebab tak jarang seorang anak didik harus menyudahi pendidikannya hanya karena ia telah selesai menempuh suatu tahapan pelajaran bahasa, sementara kajian yang lain seperti fikh, tafsir dan hadits yang barangkali lebih aplikatif di masyarakat belum ia kuasai sebagaimana penguasaan bahasa.

Namun disisi lain hal tersebut merupakan suatu kelebihan bila dikelola dengan sangat baik. Bukankah fenomena bahasa dapat di gunakan sebagai suatu analog dengan fenomena kehidupan social. Telah banyak sarjana barat yang menggunakan analisisa bahasa untuk menguak apa yang terjadi dibaik berbagai peristiwa sosial. Artinya pesantren sangat potensial dijadikan wahana pendidikan bagi insan-insan yang sangat peka terhadap lingkungan sosialnya

Permasalahannya adalah perlunya penambahan kajian tentang semiotika yang selanjutnya di arahkan untuk mengkaji  secara kritis fenomena-fenomena sosial masyarakat. Dan nampaknya hal ini bukan masalah yang sulit, mengingat semiotika adalah salah satu cabang ilmu bahasa, sementara pesantren telah sangat familier dengan kajian kebahasaan. Dengan demikian minimal ada satu tujuan lagi yang bisa diperoleh dari pengajaran bahasa dipesantren  yaitu mencetak kader-kader yang peka terhadap kehidupan sosial lingkungannya.

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surti, Tedjo dan Pemerintah

Menyoal Bahasa