Saya tidak ingat betul kapan lagu Surti Tejo muncul, namun seingat saya, lagu ini rilis tahun 2000 atau 2001. Awalnya, ketika saya mengikuti lirik lagu ini, yang muncul adalah lirik-lirik jorok yang mengumbar suasana mesum. Namun bila ditelaah lebih lanjut, kekuatan lagu ini justru bukan pada aroma mesum lirik-liriknya, melainkan justru nilai kritisnya atas fenomena sekitar. Minimal ada tiga hal yang dapat saya tangkap dari suara serak kering vokalisnya, yaitu: Pendidikan Lagu ini mencoba melihat betapa rendahnya pendidikan masyarakat pedesaan. Kesan ini dapat kita lihat dalam lirik “..mereka saling mencinta sejak lulus SD”. Lirik ini bukanlah untuk menonjolkan panjangnya waktu pacaran yang dimulai sejak lulus SD,bukan pula mengeksplor kesetiaan seorang kekasih, tapi lebih menekankan kata “SD”, yang artinya memang itulah pendidikan tertinggi dari Surti dan Tejo. Makna inilah yang kemudian membantu untuk memahami poin kedua. Ekonomi Sebagai seorang lulusan SD saja, Tejo merantau ke kota...
Prakata Tak diragukan lagi, hampir semua prestasi yang telah dicapai oleh umat manusia dihasilkan dengan dorongan ego di dalam hatinya. Keinginan untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu memberi sumbangan terhadap peradaban merupakan motivasi yang sangat besar bagi manusia untuk menghasilkan karya-karya yang tak ternilai harganya. Kemajuan demi kemajuan diraih oleh umat manusia untuk mempermudah dan member solusi bagi manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti hewan dan malaikat. Namun, layaknya pisau bermata dua, ego yang tak mampu dikendalikan justru membuat manusia semakin menderita menjalani kehidupannya di dunia. Manusia yang hakikatnya adalah pemimpin di dunia justru semakin tergantung dengan kemajuan teknologi. Idealnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah tugas manusia, akan tetapi seringkali, karena model ketergantungan yang besar dari manusia, teknologi justru menghilangkan kemerdekaan jiwa manusia. Seolah-olah manusia tidak bisa hidup lagi ...
Komentar
Posting Komentar