Saya tidak ingat betul kapan lagu Surti Tejo muncul, namun seingat saya, lagu ini rilis tahun 2000 atau 2001. Awalnya, ketika saya mengikuti lirik lagu ini, yang muncul adalah lirik-lirik jorok yang mengumbar suasana mesum. Namun bila ditelaah lebih lanjut, kekuatan lagu ini justru bukan pada aroma mesum lirik-liriknya, melainkan justru nilai kritisnya atas fenomena sekitar. Minimal ada tiga hal yang dapat saya tangkap dari suara serak kering vokalisnya, yaitu: Pendidikan Lagu ini mencoba melihat betapa rendahnya pendidikan masyarakat pedesaan. Kesan ini dapat kita lihat dalam lirik “..mereka saling mencinta sejak lulus SD”. Lirik ini bukanlah untuk menonjolkan panjangnya waktu pacaran yang dimulai sejak lulus SD,bukan pula mengeksplor kesetiaan seorang kekasih, tapi lebih menekankan kata “SD”, yang artinya memang itulah pendidikan tertinggi dari Surti dan Tejo. Makna inilah yang kemudian membantu untuk memahami poin kedua. Ekonomi Sebagai seorang lulusan SD saja, Tejo merantau ke kota...
Pra wacana Bahasa hanyalah suatu ungkapan dari manusia untuk menggambarkan segala sesuatu yang bisa ditangkap oleh indera untuk kemudian digunakan sebagai wahana untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk itulah bahasa tidak bisa digunakan untuk hal-hal yang tidak bisa dicakup nalar manusia. Disinilah kemudian muncul atheisme. Suatau pandangan yang tidak mengakui tuhan bukan karena tidak percaya akan kekuatan ekternal yang mengendalikan sistem jagad raya ini. Melainkan hanya karena bahasa tidak bisa menjangkau tuhan, sehingga lebih baik tidak ada tuhan daripada meng ”ada” kannya namun justru menarik tuhan untuk turun pada derajat yang lebih rendah: bahasa yang merupakan ciptaan manusia. Mencoba mBahas Hal demikian paling tidak pernah di ungkap Gunawan Muhammad (GM). GM mungkin juga lupa atau bahkan sedang meng ”ada” kan sejenis atheisme baru. Suatu sempalan aliran atheisme yang nampaknya kalau kita lihat dari konsepnya –paling tidak dalam pandangan GM- aliran tersebut...
Komentar
Posting Komentar